Setiap orang tua
menginginkan anaknya tumbuh menjadi cerdas dan ber-IQ tinggi dan mempunyai
kemampuan baik. Dalam soal pembentukan IQ, sejuklah ahli salah satunya Dr.
Bernand Devlin dari Fakultas Kedokteran Universitas Pittsburg Amerika Serikat
mengatakan factor genetic atau bawaaan berperan 48 persen dalam pembentukan IQ.
Sebanyak 52 persen lainnya di bentuk oleh factor lingkungan antara lain : gizi,
kasih sayang orang tua, serta stumulasi atau rangsangan.
Aliran psikologi ada yang berpendapat bahwa potensi
genetis hanya 20 persen, selebihnya adalah factor lingkugan. Faktor lingkungan
berperan sejak bayi masih berada di dalam kandungan ibbunya. Pada usia 20
minggu atau sebulan, seorang ibu sudah bisa berinteraksi dengan banyinya,
sehingga sudah bisa memberikan stimulasi. Baik dengan bicara langsung,
membacakan buku, hingga memperdengarkan music klasik yang irama kesukaannya
sama dengan perkembangan simpul saraf otak.
Disamping itu, supaya anak terlahir cerdas ibu juga harus
mengkonsumsi makanan begizi sejak dalam kandungan. Setelah bayi lahir bayi di
susui dengan ASI, karena ASI mengandung lemak esensial seperti DHA dan AA serta
taurin yang membantu pematangan sel-sel otak. Saat menyusuipun terjadi
stimulasi dan pemberian kasih sayang. Asi bukan hanya memberi nutrisi terbaik,
tetapi juga kehangatan. Hubungan emosional ibu dan anak terjadi pada saat
pemberian ASI, karena di dalamnya terdapat kontak mata, ucapan ibu berbicara.
Stimulasi terus menerus pada usia 0-2 tahun, berperan
mendongkarak IQ secara signifikan, mencapai 15-30 poin saat dia memasuki usia
4-5 tahun. Usia di bawah 3 tahun, merupakan periode emas karena pertumbungan
otak mencapai 70-80 persen. Adanya 20-30 persen sisanya di cicil sampai umur 8
tahun lalu berhenti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar